Rabu, Januari 20, 2016

Sejarah Sastra di Indonesia

Dalam sejarah sastra Indonesia dikenal istilah angkatan. Yang dimaksud dengan angkatan adalah suatu usaha pengelompokan sastra dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan ini berdasar atas ciri khas karya yang dihasilkan pada masa itu. Sastra Indonesia dibagi menjadi 4 golongan besar, yaitu:

Angkatan Dua Puluhan (Balai Pustaka) 

Disebut angkatan dua puluhan karena angkatan inilahir pada tahun 1920-an dan disebut angkatan balai pustaka karena penerbit yang paling banyak menerbitkan adalah Balai Pustaka. Balai pustaka didirikan tahun 1917 oleh Dr. Rinkes. Penerbit ini sangat berjasa bagi dusnia sastra Indonesia karena dengan adanya penerbit ini lahir berbagai macam karya sastra terkenal.
Balai pustaka tidak hanya berperan pada masa tahun 1920-an saja melainkan sampai masa-masa berikutnya bahkan sampai sekarang. Karya yang paling terkenal pada masa ini adalah Siti Nurbaya karangan Marah Rusli. Roman ini menceritakan tentang perjodohan yang masih banyak dilakukan pada masa itu.
Beberapa karya sastra angkatan 1920-an adalah Azab dan Sengsara (roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda Teruna (roman, tahun 1922 oleh Moh. Kasim), Tak Putus Dirundung Malang (roman, tahun 1929 oleh S.T. Alisyahbana)

Angkatan Tiga Puluhan (Pujangga Baru) 


Angkatan ini adalah angkatan yang lahir pada sekitar tahun 1933 sampai 1942. Disebut abgkatan pujangga baru karena pada tahun 1933 terdapat majalah sastra yang terkenal, yaitu majalah Pujangga Baroe. Karya-karya yang ditampilkan dalam majalah ini adalah puisi, cerpen, novel, roman, atau drama-drama pendek.
Karya sastra pada angkatan ini berebda dengan karya sastra dengan angkatan sebelumnya. Seni menurut mereka, harus mampu membangun bangsa dan negara. Oleh karena itu, karya sastra angkatan ini lebih bersifat dinamis, individualistis, dan tidak terikat tradisi.
Karya sastra yang lahir antara lain adalah Layar Terkembang (roman, tahun 1936 oleh S.T. Alisyahbana), Anak Perawan di sarang Penyamun (roman, tahun 1942 oleh S.T. Alisyahbana), Belenggu (roman, tahun 1940 oleh Armijn Pane), dan lain-lain.

Angkatan '45 

Nama lain angkatan ini adalah agkatan pembebasan dan angkatan Chairil anwar. Disebut angkatan Chairil Anwar karena besarnya jasa Chairil Anwar dalam lahirnya angkatan ini.Karya-karya sastra angkatan ini sangat berbeda dengan angkatan sebelumnya. Ciri-cirinya antara lain adalah bebas, individualistis, universalistis, realistik, dan futuristik. Karya yang terkenal dari angkatan ini adalah Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Romayangmerupakan kumpulaqn cerpen karya Idrus.

Angkatan Enam Puluh Enam 

Nama angkatan ini diberikan oleh H.B. Jassin. Nama ini diberikan untuk menamakan suatu kelompok sastra setelah angkatan '45. angkatan ini muncul pada saat keadaan politik indonesia sedang kacau karena adanya gerakan teror dari PKI. Karya sastra pada angkatan ini lebih banyak bersifat protes terhadap keadaan yang kacau pada masa itu.
Beberapa karya sastra yang lahir pada angkatan ini adalah kumpulan puisi oleh Taufik Ismail yang berjudul Tirani, drama karya Motinggo Busye dengan judul Malam Jahanam, roman berjudul Pagar Kawat Berduri oleh Toha mohtar, roman Pelabuhan Hati karya Titis Basino, dan lain-lain.

Karya Sastra Kontemporer 

Sekitar tahun '70-an, muncul karya sastra yang lain daripada karya sastra yang telah ada sebelumnya. Kebanyakan isinya tidak menekankan pada makna kata. Kemunculan karya sastra ini dipelopori oleh Sutardji Calzoum Bachri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...