Rabu, Desember 14, 2011

Sinrili' Makassar

1.Pengertian Sinrilik

Karya Sastra Makassar cukup memiliki arti dalam kehidupan penutur Bahasa Makassar. Salah satu karya sastra di antara sekian banyak karya satra adalah sinrilik. Sinrilik adalah karya sastra Makassar yang berbentuk prosa yang cara penyampaiannya dilagukan secara berirama baik dengan menggunakan alat musik maupun tanpa alat musik. Hingga saat ini, masih dipelihara dan diminati oleh masyarakat Makassar. Meskipun karya sastra ini masih diminati oleh masyarakat, namun orang yang dapat melagukannya atau membacakan
sangat terbatas. Oleh karena itu, karya satra jenis ini perlu mendapat pembinaan agar tetap lestari.

Sinrilik sebagai salah satu bentuk sastra lisan, sangat terkait dengan hal – hal :
1) pencerita dan penceritaan,
2) kesempatan bercerita,
3) tujuan bercerita,
4) hubungan cerita dengan lingkungannya,
5) jenis cerita yang disampaikan, dan
6) pendengar.

Menurut Bantang seorang Sinrili’wan harus menguasai beberapa hal, yaitu :
a.Pandai berbahasa Makassar
b.Kaya paruntuk kana
c.Kaya kelong
d.Menguasai dialek bahasa Makassar
e.Menguasai banyak rapang dan pappasang
f.Mampu mengaprsiasikan dan menyatu dengan alam.
Pada acara – acara tertentu, sinrilik dipentaskan oleh seorang seniman, yang selain menguasai sastra sinrilik
juga mampu menggesek kesok – kesok (sejenis instrument musik gesek). Orang yang mementaskan sinrilik
ini disebut orang pakesok – kesok.

2.Jenis – Jenis Sinrilik

Berdasarkan isi dan cara melagukannya, sinrilik dibagi atas dua macam, yaitu sinrilik pakesok – kesok dan sinrilik
bositimurung. Sinrilik pakesok – kesok adalah sinrilik yang dilagukan dengan iringan kesok – kesok (rebab).
Isinya melukiskan tentang sejarah perjuangan dan kepahlawanan seorang tokoh. Bunyi kesok – kesok (sejenis
alat musik gesek) yang mengiringi pakesok – kesok/pasinrilik (orang yang memainkan kesok – kesok atau me-
lagukan sinrilik) harus selaras dengan lagu dan isi serta suasana cerita yang dibawakan.

 Adapun naskah sinrilik yang dapat diiringi dengan kesok – kesok, antara lain :
Sinrilik Kappalak Tallumbatua,Sinrilik I Makdik Daeng Rimakka, dll. Sinrilik ini mengisahkan tentang perjuangan dan kepahlawanan di sela
percintaan sang tokoh yang ditampilkan dalam cerita itu. Jenis sastra ini sangat menarik apabila dikreasikan
menjadi sastra pertunjukan.

 Sastra bositimurung adalah sinrilik yang dilagukan tanpa diiringi alat musik kesok – kesok dan biasanya dilant
ungkan pada tempat yang sunyi di kala orang yang berada di sekelilingnya sedang tidur nyenyak.
Sinrilik bositimurung pada dasarnya berisi hal – hal sebagai berikut.

a.Pujaan yang menggambarkan kecantikan seorang gadis dengan membandingkan keadaan sekelilingnya.
b.Merindukan kekasih yang menggambarkan kerinduan seorang jejaka terhadap gadis yang dicintainya.
c.Beriba hati yang menggambarkan seorang yang sial atas segala usahanya sehingga menjadi sengsara.
d.Kesedihan yang menggambarkan kesedihan seorang istri yang ditinggal oleh suaminya (Basang, 1997:72).

Selain itu, sinrilik bositimurung dapat pula dijadikan sebagai pelajaran atau nasihat yang berharga bagi orang
yang menyimaknya karena isinya menceritakan tentang ganjaran perbuatan yang baik dan siksaan terhadap
perbuatan jelek di akhirat kelak. Sinrilik yang mengisahkan tentang hal – hal seperti ini biasanya dilantungkan
pada saat kedukaan atau kematian sehingga dapat pula dijadikan sebagai hiburan bagi orang yang ditinggalkan.Acara tersebut biasa disebut Ammaca Kittak yang pelaksanaannya dilakukan setelah tadarrus Alquran.

3.Contoh Sinrilik

a.Sinrilik Pakesok – kesok
Nampami sulengka rapak, natakbenrong binakbakku kesok – kesokna tampaselaki matangku
“Baru saja ia bersila, terpukullah jantungku, kesok – kesoknya membuatku tak dapat tidur”.
Penampilan dan gesekan kesok – kesok tersebut sangat memikat penonton, sehingga tahan untuk tak tertidur
(Sirajuddin Bantang).
b.Sinrilik Bositimurung
Bosi timurung, batu merah pandanganku, dingin menulang jamrud hatiku. Semalam suntuk aku gelisah, aku tidak
dapat tidur, mataku tidak pernah terlena. Robek – robeklah selimut yang tidak pernah kubuka memikirkan raut
mukamu, menghitung – hitung kebaikanmu. Engkau bagaikan bulan yang tidak pernah tertutup awan. Engkau
seperti bintang yang tembus dipandang, berkedip – kedip tidak pernah lepas dari mataku. Engkau tidak pernah
lepas dari perhatianku, mutiara kamarku yang selalu menerangi rumahku. Suluh di kegelapan penerangan di
tengah malam.
Hatimu baik, tubuhmu langsing jarang menyamainya, tingkahmu bagus, sopan tutur sapanya, si manis darah
yang menawan dipandang mata. Sudah kukatakan bahwa walau pattola (gadis pilihan) sudah berkumpul
bermain, walau cinde (gadis pilihan) sudah berkumpul di halaman, pilihanku tidak akan berpindah, pusat
pandanganku tidak akan bergeser ujian cintaku, memang kepadamulah meraja rasa hatiku. Pada akhirnya
dia berkata : bagaikan intan kusayangimu, bagaikan jamrud kurindukanmu, bagai emas kusimpan di dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...