Ya, Sinrilli. Sebuah alat musik tradisional Bugis Makassar ini memang harus dimainkan dengan duduk bersila lengkap dengan pakaian tradisional bagi sang pemainnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk semakin menguatkan nilai budaya dan adat yang ada pada sinrilli sehingga alunan nada menjadi harmoni.
Saat ini, alunan nada sinrili memang mulai jarang didengar. Perkembangan alat musik yang lebih modern membuat generasi penerus tidak mengenal alat musik tradisional yang satu ini. Padahal, Sinrili memiliki nilai budaya yang sangat besar.
Dahulu, sinrili merupakan kebanggaan seniman Sulawesi Selatan. Sinrili digunakan pada setiap upacara-upacara rakyat dan kerajaan. Selain sebagai hiburan, pesan moral yang disampaikan melalui sinrili ini memang begitu tinggi.
Pada dasarnya, sinrili merupakan alat musik gesek yang sangat sederhana. Terbuat dari kayu pohon nangka, sinrili dilengkapi dengan kulit kambing dengan tiga senar yang membentang dari bahan kuningan. Untuk menggeseknya, digunakan ekor kuda. Meski dibuat dari bahan yang sangat sederhana, sinrili juga dapat menghasilkan nada dan melodi yang indah. Senar dan ekor kuda yang saling bergesekan menghasilkan bunyi sinrili yang mirip dengan bunyi alat musik kebab.
Sinrili memang sarat akan petuah-petuah bijak khas sastra budaya Makassar. Kesan serius jelas menyatu dalam lantunan irama musik yang cenderung monoton. Mendengarkan sinrili juga cenderung seperti mendengarkan orang berbicara dibandingkan menyanyi.
Salam Budaya,,,
Assalamualaikum..
BalasHapusTabe'.. Kalau boleh tau, kapan pertama kali/pada abad keberapa alat musik khas makassar "sinrilik" di temukan?
Wassalamualaikum..
Assalamualaikum..
BalasHapusTabe'.. Kalau boleh tau, kapan pertama kali/pada abad keberapa alat musik khas makassar "sinrilik" di temukan?
Wassalamualaikum..